Pages

Banner 468 x 60px

Sunday, January 20, 2019

SALAM REDAKSI

1 komentar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya "Blog Wonderfull Gorontalo" yang memuat sebuah refleksi tentang alam, budaya maupun kehidupan masyarakat Gorontalo bisa kita hadirkan untuk para pembaca. Blog ini menyajikan berbagai informasi tentang budaya dan tradisi serta ditunjang dengan potensi keindahan alam Gorontalo pada umumnya. 

Sebagai pengelola "Blog Wonderfull Gorontalo" tentunya saya berharap apa yang disajikan akan lebih menambah wawasan serta pengetahuan khususnya bagi seluruh komponen masyarakat agar memahami tentang potret kehidupan, tradisi, adat maupun budaya yang ada ditengah masyarakat. Blog ini mengulas secara komunikatif dan sederhana namun mengandung makna penting agar apa yang menjadi ulasan yang ditampilkan lewat Blog ini mampu dipahami semua kalangan.

Semua isi maupun gambaran yang disajikan dalam Blog Wonderfull Gorontalo ini sebagian disadur dalam beberapa buku yang dihasilkan oleh para budayawan, akademisi dan tokoh gorontalo serta narasumber dari berbagai profesi. Saya berharap Blog Wonderfull Gorontalo ini akan mampu memperkaya khasanah dan menjadi bahan pengetahuan. 

Saya sadar bahwa Blog ini belum sepenuhnya sempurna, kritik maupun saran serta masukan sangat diharapkan demi Gorontalo yang kita cintai..


Salam


Nugie Setyawan

Read more...

Thursday, March 23, 2017

Potensi Terpendam Di Teluk Tomini

1 komentar

























Pernahkan anda mendengar tentang surga terumbu karang dunia ???.., jawaban tentunya ada di Negara kita, yakni Indonesia. Sejak dulu, Indonesia yang dikenal sebagai Negara maritime telah menjadi sasaran bagi para pedagang dunia. Alasannya Indonesia punya segalanya, mulai dari hasil-hasil rempah hingga potensi yang sangat besar terpendam didalam lautnya. Pusat keanekaragaman hayati laut dunia, terletak di kawasan segitiga karang dunia. Kawasan ini meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Kepulauan Salomon. Indonesia sendiri memiliki luas terumbu karang sekitar 51.000 kilo meter bejur sangkar yang menyumbang 18% luas total terumbu karang dunia dan 65% luas total di coral triangle. Tidak heran, Indonesia merupakan Negara yang berada di segitiga karang dunia. Lalu apa kaitannya dengan Teluk Tomini yang ada di kepulauan Sulawesi. 

Nih.., penjelasannya, disimak ya gan..,

Teluk Tomini merupakan teluk terbesar di Indonesia. Luasnya kurang lebih 6 juta hektar dengan potensi sumber daya alam yang kaya dan unik.  Teluk Tomini mempunyai peran penting bagi dunia karena letaknya yang persis berada di jantung segitiga terumbu karang. Teluk yang membentang di 3 Provinsi ini masing-masing Provinsi Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara tersebut terkenal memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar. Terumbu karang dan mangrove serta sumber daya pesisir yang kaya akan potensinya. Teluk dengan panjang pantainya mencapai 2.400 kilometer ini menyimpan potensi laut yang menjanjikan. Berdasarkan kajian bahwa luas perairan untuk penangkapan ikan mencapai 5.295.144. hektar. Kemudian budidaya laut seluas 6.072.202 hektar serta budi daya rumput laut dan kerapu mencapai 374.832 hektar. Potensi sumber daya ikan di Teluk Tomini mencapai sekitar 330.000 ton per tahun dan dapat dikelola secara lestari sekitar 214.000 ton per tahun.  Potensinya besar ya gan, heheheheheheh…

Kondisi oseanografi Teluk Tomini sendiri yang berhubungan dengan laut lepas seperti Laut Sulawesi dan Laut Maluku memungkinkan terjadinya pertukaran masa air yang dampak optimalnya adalah pada sirkulasi nutrient. Akibatnya teluk yang memiliki kedalaman hingga 4000 meter ini memiliki tingkat kesuburan tinggi dan dihuni oleh berbagai jenis ikan bernilai ekonomi tinggi sekaligus sebagai kawasan pengembang biakan sel telur ikan tuna. Tidak heran Teluk Tomini punya potensi yang sangat besar. Namun pertanyaanya apakah dengan sumber dan potensi yang sangat besar ini mulai dikelola secara professional??. Ini yang menjadi PR bagi kita semua. Melihat betapa pentingnya sumber daya  yang terkandung diwilayah Teluk Tomini maka tentunya ini harus dijaga dan dilestarikan. Eksplorasi yang dilakukan diwilayah Teluk Tomini harus memperhatikan keberlangsungan ekosistem kehidupan bagi biota laut yang ada.

Tidak heran dengan potensi yang sangat besar terpendam dalam kawasan Teluk Tomini maka pemerintah telah menetapkan Teluk Tomini sebagai kawasan budidaya ruang darat maupun laut yang pengembanganya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut. Dalam kawasan Teluk Tomini terdapat satu pelabuhan International yaitu pelabuhan Bitung dan satu pelabuhan nasional yakni pelabuhan Gorontalo. Hal ini ditunjang dengan 13 kawasan hutan lindung nasional terdiri dari satu kawasan suaka alam laut, tiga suaka margasatwa, tujuh cagar dan satu taman nasional serta satu taman laut nasional. Well.., dengan demikian maka Teluk Tomini punya andil besar terhadap kelangsungan terumbu karang dunia. Hal ini patut kita jaga dan lestarikan. Jangan ada lagi eksplorasi yang merusak habitat dan ekosistem yang ada. Mari kita jaga Teluk Tomini, kita lestarikan terumbu karang sebagai habitat utama pengembangan ikan di kawasan ini. (Nugie Humas) 
Read more...

Sunday, March 5, 2017

“LAHILOTE“ Cerita Legenda Gorontalo

0 komentar


Cerita tentang Lahilote tentunya sangat menarik untuk diulas dan dibahas. Mungkin sebagian besar masyarakat Gorontalo saat ini, mulai lupa bahwa kisah tentang Lahilote pernah ada di tanah Gorontalo. Cerita seperti ini tentunya harus dilestarikan. Guna menambah wawasan dan inspirasi agar nilai nilai budaya yang ada tidak akan lenyap ditelan waktu. 

Nih.. Awal Ceritanya gan..,  Santai Membacanya dan dihayati..........

Pada jaman dahulu kala hiduplah seorang laki-laki yang bernama Lahilote. Pria yang kesehariannya bekerja sebagai pencari kayu dan rotan di tepi hutan tersebut, hidup sebatang kara. Setiap pagi sampai petang, Lahilote keluar masuk hutan. Hal ini dilakukannya untuk menghidupi dirinya. Tinggal seorang diri di hutan tidak membuat lahilote takut. Hutan sudah menjadi teman dan sahabat baginya. Namun disuatu pagi ada yang aneh bagi Lahilote. Dari kejauhan, Lahilote mendengar suara manusia yang berisik dari sebuah telaga di tepi hutan. Saking penasarannya, Lahilote mendekati sumber suara tersebut. Lahilote yakin ini adalah suara manusia, karena kadang suara-suara tersebut melemah, kadang bersuara keras. Dari tempat yang jauh dan terlindung dari pohon besar maka Lahilote mengintip, suara apa yang ada di telaga. Antara percaya atau tidak, Lahilote melihat bahwa suara yang didengarnya tersebut adalah suara dari ketujuh bidadari yang sedang mandi di telaga tersebut.
Lahilote seakan tidak percaya, karena selama ini telaga yang ada di tepi hutan tersebut, tidak pernah didatangi oleh manusia maupun para bidadari. Ketujuh bidadari yang sedang mandi ini, tidak mengetahui kehadiran Lahilote ditempat tersebut. Para bidadari lebih menikmati keseruan mereka yang mandi ditelaga. Setelah beberapa saat, para bidadari ini segera terbang menuju khayangan. Dengan melihat pemandangan ini maka Lahilote berkesimpulan bahwa, apa yang dilihatnya merupakan para bidadari yang turun dari khayangan. Dengan mengetahui bahwa para bidadari ini sering mendatangi telaga tersebut, maka Lahilote setiap saat mendatangi telaga tersebut. Lahilote ingin memastikan kapan para bidadari ini turun lagi ke telaga. Oleh karenanya hamper setiap saat Lahilote datang ke telaga. Hari yang dinantikan oleh Lahilote pun akhirnya datang. Tepat hari ketujuh, Lahilote melihat dari arah langit ada tujuh buah titik putih terbang menuju telaga. Lahilote bergegas untuk bersembunyi dibalik bebatuan dekat telaga. Ia yakin ketujuh titik putih tersebut merupaakan bidadari yang ingin mandi ditelaga. Tidak menunggu lama, ketujuh bidadari ini sampai ditepi telaga. Satu persatu dari mereka mulai menceburkan diri sambil bermain air. Lahilote yang sedang mengintip mulai dihinggapi rasa penasaran. Dalam benaknya timbul perasaan cinta dan ingin mempersunting salah satu dari bidadari tersebut. Berbekal ilmu dan punya kesaktian tinggi maka Lahilote berhasil mencuri salah satu sayap bidadari, tanpa mereka ketahui. Setelah mendapatkan salah satu sayap bidadari, Lahilote bergegas pulang kerumah didalam hutan. Sayap bidadari, Ia sembunyikan dalam sebuah lumbung padi. Setelah menyembunyikan sayap tersebut, Lahilote pun kembali ke telaga tempat para bidadari yang sedang mandi. Dan betapa girangnya hati Lahilote, bahwa sang bidadari yang kehilangan satu sayapnya tidak bisa kembali ke khayangan. Bidadari tersebut telah ditinggalkan oleh bidadari lainnya.
Lahilote pun mendekati sang bidadari yang sedang menangis ditepi telaga. Berbekal niat tulus dan ingin membantu sang bidadari, Lahilote mengajak bidadari menuju kerumah Lahilote yang tidak jauh dari telaga. Seiring waktu berjalan, Lahilote dan sang bidadari ini melahirkan rasa saling sayang dan menyayangi. Dan pada suatu waktu, mereka berdua melangsung perkawinan. Waktu demi waktu mereka lalui dengan kebahagiaan. Lahilote setiap harinya bercocok tanam dan berburu dan sang bidadari membantu Lahilote dalam kegiatannya. Pekerjaan yang dilakukan oleh sang bidadari tentunya sangat berat, karena dunia antara Lahilote dengan dunia khayangan berbeda jauh. Sang bidadari pun menggunakan kesaktiannya sebagai putri kayangan. Ia dapat memasak dengan satu butir padi bisa mencukupi mereka berdua.

Pada suatu hari, dalam benak Lahilote muncul pemikiran lain. Lahilote berpikir lumbung padi mereka tidak pernah habis, padahal setiap harinya mereka masak dan makan bersama. Bahkan Lahilote belum pernah melihat istrinya menumbuk padi ketika akan memasak. Oleh karenanya timbul dalam pikirannya untuk mengamati keadaan istrinya dalam kesehariannya. Pada suatu hari, Istri Lahilote sedang menanak nasi diatas tungku. Periuk nasi tersebut diisi dengan sebutir padi kemudian ditutupinya.
Sambil menunggu masak, istri Lahilote pergi kesumur untuk mencuci pakaian. Kemudian Lahilote pun masuk ke dapur dan memeriksa periuk tersebut. Alangkah terkejutnya Lahilote melihat isinya. Hanyalah sebutir padi terendam di dalam air. Tahulah Ia akan rahasia isterinya. Selesai mencuci pakaian, sang istri masuk ke dapur memeriksa nasi yang di masaknya. Ketika periuk tersebut dilihatnya masih tetap sebutir padi. Sang istri tetap menunggu sampai sebutir padi ini bisa menjadi nasi. Namun hingga beberapa saat padi tersebut tidak berubah. Dalam benaknya, Ia mulai curiga bahwa periuk nasi ini telah dilihat oleh sang suami, Lahilote.
Seiring berjalannya waktu, padi yang ada dilumbung mulai habis, dan pada saat terakhir sang bidadari mengambil beras terakhir, maka nampaklah sayapnya yang dulu hilang. Dengan melihat sayapnya ini, maka sang bidadari yang menjadi istri Lahilote tersebut merahasiakan hal ini. Untuk mengelabui Lahilote, sang bidadari meminta Lahilote untuk mencarikan ikan dilaut. Kesempatan ini digunakan oleh sang bidadari untuk memperbaiki sayapnya yang sebagian mulai rusak. Selesai memperbaiki sayapnya maka sang bidadari bersiap untuk terbang ke khayangan. Sebelum terbang maka sang bidadari menemui lumbung padi tempat penyimpanan sayapnya selama ini. Ia berkata “Wahai lumbung, jangan sekali-kali memberi tahu suamiku, bahwa sayapku yang engkau simpan telah aku ambil”. Setelah itu, sang bidadari mulai memohon pamit kepada semua parabot rumah, menemui seluruh tumbuh-tumbuhan, pohon-pohonan yang ada disekitar rumah. Pada saat itu, sang bidadari melewatkan permononan pamitnya pada salah satu tumbuhan yakni pohon rotan dalam bahasa Gorontalo (Hutia Mala). Usai memohon restu tersebut, maka terbanglah sang bidadari ke khayangan. Namun sebelum menuju khayangan, sang bidadari menyempatkan diri untuk melihat Lahilote yang tengah memancing ikan di lautan. Pada saat itu, Lahilote sedang tertidur nyenyak di sebuah pantai. Sang bidadari kemudian meludahi Lahilote dengan air sirih pinang atau (Luwa Lo Pomama). Air sirih tersebut jatuh tepat ke dada Lahilote. Ia pun terbangun dan mulai merasakan ada sesuatu yang terjadi pada istrinya. Lahilote telah yakin bahwa istrinya telah menemukan sayapnya dan pergi meninggalkannya. Lahilote pun bergegas kerumahnya. Selama dalam perjalanan, Lahilote bertanya kepada setiap benda yang dilaluinya dan menanyakan apakah melihat istrinya. Namun semua benda dan tumbuhan tidak menjawab pertanyaan ini.

Dengan hati kecewa Lahilote terus mencari jejak isterinya. Ia bertemu dengan pohon rotan (Hutia Mala)  dan berkata “Wahai Hutia Mala (Pohon Rotan) tidakkah engkau melihat istriku?? Hutia Mala menjawab, Lahilote, Istrimu telah kembali ke khayangan. Dan jika engkau ingin ke khayangan maka penuhi tiga syarat dariku. Dengan niat ingin menemukan istrinya, maka ketiga syarat itupun dipenuhi, dan akhirnya Hutia Mala mengantar Lahilote menuju Khayangan. Sesampainya di kayangan, Lahilote melihat gadis-gadis yang sama cantiknya dengan isterinya. Sehingga sulit untuknya mencari isterinya diantara gadis-gadis itu. Namun diantara gadis yang ada tersebut Lahilote yakin dan percaya pada salah satu gadis yang dikenalnya selama ini. Setelah Lahilote mengajaknya pulang, maka sang istri menolak dan mengakui bahwa Lahilote adalah suaminya. Dengan pengakuan ini maka Lahilote tetap berkeras untuk menjagak istrinya turun ke bumi. Akhirnya kesepakatan pun dilahirkan yakni Lahilote akan diakuinya sebagai suaminya jika tinggal dan menetap di khayangan.
Selama bertahun-tahun tinggal di khayangan, rambut Lahilote pun mulai beruban. Kayangan merupakan kehidupan abadi. Bidadari yang tinggal dikhayangan tidak pernah tua maupun beruban, oleh karenanya jika ada yang beruban tinggal di kayangan maka akan dilemparkan ke Bumi. Tumbuhnya uban di kepala Lahilote telah diketahui oleh sang istri. Lahilote pun berkata, “Kalau begitu, cabutlah ubanku ini dan bakarlah” Namun sang istri menolak dengan alasan ini akan lebih berbahaya, para bidadari di kayangan akan mencium baunya. Jalan satu-satunya untuk pergi ke bumi kata sang istri adalah dengan menyambungkan rambut sang istri untuk dijadikan tangga oleh Lahilote turun ke bumi. Namun belum sampai ke bumi, rambut sang istri telah habis disambung-sambungkan. Pada saat itu Lahilote masih melayang-layang di antara langit dan bumi, Ia dihempas-hempaskan oleh angin ke seluruh penjuru mata angin. Dan akhirnya rambut sang istri tersebut putus dan Lahilote terjatuh ke bumi. Jatuhnya Lahilote  ke bumi terbelah dua. Tubuh kanannya jatuh di Kelurahan Pohe Kota Gorontalo dan berbekas disalah satu batu yang ada di pinggir pantai tersebut, sedangkan tubuh sebelah kirinya jatuh di daerah Bualemo, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan meninggalkan telapak kakinya di sana. Bekas telapak kaki Lahilote yang terdapat didua tempat ini disebut masyarakat Gorontalo adalah Botu Liodu.(Nugie)


Read more...

Sunday, February 26, 2017

Gorontalo Miniatur Indonesia

0 komentar

Perkembangan Gorontalo yang begitu pesat tentunya tidak lepas dari masyarakatnya yang bersikap terbuka dengan berbagai budaya dan etnis yang telah membaur dengan kehidupan masyarakat Gorontalo yang terkenal dengan masyarakat yang religious. Gorontalo sendiri merupakan salah satu pusat penyebaran agama islam di wilayah timur Indonesia. Sebelum masa penjajahan, Gorontalo berbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hokum adat ketatanegaraan Gorontalo. Kerajaan di Gorontalo tergabung dalam ikatan kekeluargaan yang disebut Pohala’a. Ada lima Pohala’a yang ada di Gorontalo masing-masing Pohala’a Gorontalo, Pohala’a Limboto, Pohala’a Suwawa, Pohala’a Boalemo dan Pohala’a Atinggola. Di tahun 1911, daerah Limo Lo Pohala’a dirubah dalam struktur pemerintahan masing-masing menjadi Under Afdeling Gorontalo, Under Afdeling Boalemo dan Under Afdeling Kwandang.

Gorontalo Berdiri Secara Otonom

Provinsi Gorontalo terbentuk pada tanggal 5 Desember tahun 2000. Hal ini ditandai dengan disahkannya UU nomor 38 tahun 2000 yang ditandatangani oleh Presiden Abdulrrahman Wahid pada tanggal 22 Desember 2000. Namun peresmiannya baru dilakukan pada tanggal 16 Februari 2001 sebagai Provinsi ke 32. Lalu mengapa Gorontalo pada umumnya bisa dikatakan sebagai daerah yang berminiatur Bhineka Tunggal Ika. Dengar penjelasannya Gan…, Penduduk Gorontalo termasuk dalam ras melayu. Wilayah Gorontalo yang kaya akan hasil alamnya menjadi magnet bagi masyarakat luar. Imigran dari Ternate, Tidore, Bugis dan Makassar telah bercampur baur dengan penduduk asli Gorontalo. Bahkan dengan program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah secara nasional maka ini lebih menambah khasanah perpaduan budaya antara masyarakat Gorontalo maupun masyarakat dari luar Gorontalo.
Gorontalo saat ini sudah menjadi miniature Indonesia. Dimana suku Gorontalo, Suku Jawa, Bali, Lombok, Madura, Arab, China, Minahasa, Sanger, Bugis, Makassar, Bajo maupun suku batak sudah menjadi bagian dari masyarakat Gorontalo. Hebatnya lagi, meski berbeda-beda dalam hal penerapan budaya maupun tradisi, tetapi tidak mengganggu apa yang sudah menjadi tatanan adat bagi masing-masing suku yang ada di Gorontalo. Kebersamaan, ukhuwah dan saling menghormati, gotong royong sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Gorontalo. Gorontalo terbagi dalam 5 Kabupaten dan 1 Kota. Topografi keenam wilayah tersebut tentunya sangat berbeda-beda. Masing-masing Kabupaten/Kota punya cara tersendiri dalam mengelola potensi dan keanekaragaman suku maupun budaya yang ada.

Gorontalo Kini Jadi Primadona



Sejak terbentuk menjadi sebuah Provinsi baru ditahun 2000 maka Gorontalo saat ini sudah menjadi salah satu daerah yang perkembangannya sangat pesat. Infrastruktur ditingkatkan, pendidikan dan kesehatan digratiskan, program untuk kepentingan masyarakat sudah menjadi program wajib dituntaskan tidak hanya oleh Pemprov tetapi oleh seluruh Kabupaten/Kota. Hal ini menjadikan Gorontalo menjadi pusat perhatian secara nasional. Berbagai penghargaan diberikan pemerintah pusat sebagai wujud apresiasi terhadap komitmen para pemimpin di Gorontalo. Dan yang paling terkini adalah, Gorontalo menjadi salah satu destinasi wisata di pulau Sulawesi. Dengan mengenjot program kepariwisataan, maka berbagai daerah seakan bersaing dalam mempromosikan potensi wisata yang ada. Kota Gorontalo dengan brandingnya Karawo, Bone Bolango dengan obyek wisata Botutonuo dan Olele, Kabupaten Gorontalo dengan Festival Danau Limboto, Gorontalo Utara dengan Pulau Saronde, Boalemo dengan Pulo Cintanya serta Kabupaten Pohuwato dengan Pohon Cinta. Semua ini tentunya patut diberi apresiasi bahwa Gorontalo saat ini tidak dipandang sebelah mata bahkan telah mampu disejajarkan dengan daerah yang telah berkembang. Sebagai masyarakat Gorontalo tentunya ini harus kita jaga, kita dukung bersama-sama dan bertanggung jawab atas pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Sebagai masyarakat kita harus mampu mengawasi dan menjadi bagian yang terpenting dalam program pembangunan yang dilaksanakan. (Nugie)
Read more...

Wednesday, February 8, 2017

Berpetualang Ke Surga Wisata Tenilo

1 komentar


















Kabupaten Boalemo kini menjadi surga tersendiri bagi para turis manca Negara. Hal ini tidak lepas begitu banyaknya spot wisata yang patut untu dikunjungi. Selain Pulo Cinta yang kini lebih dikenal Maldives nya Indonesia ada juga spot pariwisata yang tidak kalah dengan keindahan Pulo Cinta. Salah satu diantaranya adalah Pulau pasir yang ada di kawasan Tenilo, Tilamuta. Bagi anda yang penasaran dengan pulau pasir tersebut maka sebaiknya anda datang pada saat pasang surut air laut. Karena pulau ini jika sementara air pasang maka tidak akan kelihatan dari daratan. Namun yang menandakan pulau ini ada ditengah laut maka oleh salah satu pengelola obyek wisata ini telah dibangunlah sebuah resort ditengah pulau.

Uniknya lagi bahwa pulau yang seukuran lapangan sepak bola tersebut hanya akan terlihat disaat pasang surut dan ketika disaat air pasang naik maka pulau atau lebih cocok dinamakan atol tersebut tertutup oleh air laut. Well keren.. bukan??? Tempat yang sangat terpencil ini sudah banyak ditempati oleh para turis manca Negara. Sebut saja turis dari Italia, Jerman dan Prancis. Salah satu alas an kenapa kawasan ini patut untuk dikunjung adalah tempatnya masih sangat asri. Terumbu karangnya masih terpelihara bagus serta jauh dari pemukiman masyarakat. (Nugie)       
Read more...

Wednesday, February 1, 2017

Keragaman Budaya Masyarakat Gorontalo

0 komentar


















KERAGAMAN budaya Indonesia salah satunya terlihat pada prosesi atau adat pernikahan yang berbeda-beda. Provinsi Gorontalo sendiri memegang tradisi yang bernapaskan ajaran Islam. Penduduk Gorontalo sebagian besar memeluk agama Islam. Adat istiadatnya sangat dipengaruhi ajaran dan kaidah Islam. Oleh karenanya, masyarakat Gorontalo memegang teguh semboyan adat “Adati hula hula’o Sareati - Sareati hula hula’o to Kitabullah” yang artinya,” Adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah”.

Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo yang turut mengatur segala kehidupan masyarakatnya, termasuk adat pernikahan. Prosesi pernikahan dilaksanakan menurut upacara adat yang sesuai tahapan atau Lenggota Lo Nikah.
Tahapan pertama disebut Mopoloduwo rahasia, di mana orangtua dari calon pengantin pria mendatangi kediaman orangtua calon pengantin wanita untuk memeroleh restu menikahkan anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau peminangan. Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh pemangku adat pembesar negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria (Lundthu Dulango Layio) dan juru bicara utusan keluarga wanita (Lundthu Dulango Walato). Penyampaian maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-pantun yang indah.

Dalam peminangan adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan (Tonelo) oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang terpenting mengungkapkan mahar (Maharu) dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.
Pada waktu yang telah disepakati dalam acara tolobalango, maka prosesi selanjutnya adalah Modepito Dutu (antar mahar) maupun antar harta yang terdiri dari satu paket mahar, sebuah paket lengkap kosmetik tradisional Gorontalo dan kosmetik modern, ditambah seperangkat busana pengantin wanita, sirih, dan buah-buahan dan bumbu dapur (Dilonggato). Semua hantaran ini dimuat ke dalam sebuah kendaraan yang dihias menyerupai perahu yang disebut kola-kola.

Arak-arakan hantaran dibawa dari rumah Yiladiya (Kediaman/rumah raja) calon pengantin pria menuju rumah Yiladiya pengantin wanita diringi dengan genderang adat dan kelompok Tinilo diiringi tabuhan rebana melantunkan lagu tradisional Gorontalo yang sudah turun-temurun, yang berisi sanjungan, himbauan, dan doa keselamatan dalam hidup berumah tangga dunia dan akhirat.

Pada malam sehari sebelum akad nikah, digelar serangkaian acara Mopotilandahu (Malam Pertunangan) yang diawali khatam Alquran. Proses ini bermakna bahwa calon mempelai wanita telah menamatkan atau menyelesaikan ngajinya dengan membaca “Wadhuha” sampai surat Al-Lahab. Dilanjutkan dengan molapi saronde yaitu tarian yang dibawakan oleh calon mempelai pria dan ayah atau wali laki-laki. Tarian ini menggunakan sehelai selendang. Ayah dan calon mempelai pria secara bergantian menarikannya, sedangkan sang calon mempelai wanita memerhatikan dari kejauhan atau dari kamar.

Bagi calon mempelai pria, ini merupakan sarana molile huali (Menengok atau mengintip calon istri). Dengan tarian ini, calon mempelai pria mencuri-curi pandang untuk melihat calonnya. Saronde dimulai ditandai dengan pemukulan rebana diiringi lagu Tulunani yang disusun syair-syairnya dalam bahasa Arab yang juga merupakan lantunan doa-doa untuk keselamatan. Lalu, sang calon mempelai wanita ditemani pendamping menampilkan tarian tradisional Tidi Daa tau Tidi Loilodiya. Tarian ini menggambarkan keberanian dan keyakinan menghadapi badai yang akan terjadi kelak bila berumah tangga. Usai menarikan tarian Tidi, calon mempelai wanita duduk kembali ke pelaminan dan calon mempelai pria dan rombongan pemangku adat beserta keluarga kembali ke rumahnya.

Keesokan harinya, pemangku adat melaksanakan akad nikah sebagai acara puncak di mana kedua mempelai akan disatukan dalam ikatan pernikahan yang sah menurut syariat Islam. Dengan cara setengah berjongkok, mempelai pria dan penghulu mengikrarkan ijab kabul dan mas kawin yang telah disepakati kedua belah pihak keluarga. Acara ini selanjutnya ditutup dengan doa sebagai tanda syukur atas kelancaran acara penikahan. (Nugie – Berbagai Sumber)
Read more...

Tuesday, January 31, 2017

Tradisi Malam Tumbilotohe

0 komentar

Ada yang menarik dilakukan masyarakat Gorontalo pada malam 27 pada bulan Ramadhan atau 4 hari sebelum lebaran Idul Fitri dilaksanakan. Seluruh masyarakat Gorontalo pada malam tersebut akan melakukan tradisi malam pasang lampu atau dalam bahasa daerah Gorontalo, Tumbilotohe.  Terlepas dari tradisi Tumbilotohe yang fenomenal, ada makna penting yang tersirat pada tradisi ini. Tumbilotohe kental dengan semangat Islami masyarakat Gorontalo. Hal ini juga menjadi pertanda dimulainya pengumpulan zakat fitrah, juga dimaknai dengan penyambutan malam Lailatul Qadar. Ribuan lampu-lampu akan dinyalakan usai sholat Maghrib hingga menjelang Subuh. Saat itu, setiap keluarga wajib memasang lampu minyak di depan rumah, bahkan ada yang mendirikan gapura dengan berhiaskan beraneka bunga dan lampu minyak tanah. Biasanya jumlah lampu minyak yang dipasang bervariasi sesuai jumlah anggota keluarganya.

Memaknai dan menginterpretasikan malam pasang lampu (Tumbilotohe) bagi masyarakat Gorontalo antara lain bahwa Tumbilotohe dapat dimaknai sebagai sesuatu yang terang, memberi manfaat dan menyalakan semangat keislaman masyarakat Gorontalo. Kemudian diingatkan tentang keharusan atau kewajiban mengeluarkan zakat serta masyarakat diingatkan soal ramadhan yang akan berakhir. Tumbilotohe berasal dari bahasa Gorontalo, yaitu Tumbilo berarti Pasang, dan Tohe berarti Lampu. Tumbilotohe diartikan sebagai kegiatan pasang lampu. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad 15. Saat itu tradisi ini dilaksanakan setiap 3 malam terakhir menjelang hari Raya Idul Fitri, yaitu tanggal 27 hingga 30 Ramadhan. Pada awalnya lampu penerangan yang digunakan masyarakat pada malam Tumbilotohe dilakukan secara tradisional yakni lampu yang dibuat dari pelepah kelapa atau dalam bahasa Gorontalo “Wamuta”. Kemudian ada juga yang menggunakan damar atau semacam getah padat yang kemudian dibakar atau “Tohetutu”. Namun seiring perkembangan jaman, penerangan yang bersipat tradisional ini mulai hilang dan oleh masyarakat saat ini diganti dengan lampu botol dengan bahan baku utama minyak tanah. Bahkan ada yang memodifikasi dengan penerangan dengan menggunakan lampu listrik.

Saat perayaan Malam Tumbilotohe, masyarakat Gorontalo menyalakan lampu secara sukarela. Lampu-lampu penerangan dari berbagai jenis dan bentuk tidak hanya menerangi halaman rumah tetapi juga menerangi halaman masjid, perkantoran, lapangan hingga areal persawahan. Ribuan Lampu yang dinyalakan secara serentak ini, ada yang menggambarkan sebuah menara masjid sampai dengan kaligrafi.

Namun pada umumnya, masyarakat memakai kerangka kayu (Alikusu) dan bamboo yang dipatok didepan rumah masing-masing (Tonggoloopo) yang  dihiasi dengan janur kuning. Oleh pemerintah Provinsi Gorontalo dan Pemerintah Kabupaten/Kota, sejak beberapa tahun belakangan tumbilotohe dibuat se semarak mungkin bahkan dibalut dengan kegiatan festival tumbilotohe. Perayaan Malam Tumbilotohe memberi makna sebagai penerangan bagi umat Muslim yang ingin beribadah ke masjid dan beribadah untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Saat malam Lailatul Qadar, orang-orang berbondong-bondong ke masjid untuk mendengarkan ceramah demi mendapatkan pencerahan yang diidentikan dengan lampu-lampu yang dipasangi untuk penerangan. Pemasangan lampu itu mengingatkan bahwa kitab suci Alquran membawa jalan terang bagi umat manusia agar kembali hidup dalam kebenaran sekaligus menerangi orang-orang yang berada di sekitarnya. Bagi anda yang penasaran dengan ribuan mata lampu yang menerangi Gorontalo pada malam tanggal 27 sampai 30 ramadhan, maka tidak ada salahnya datang dan berkunjung ke Gorontalo. (Nugie)
Read more...